Pada
cerita sebelumnya awak udah certain tentang si Amang, dia adalah anak batak
yang paling males pulang ke peraduan (rumahnya). Kalau kita periksa isi tasnya,
selain sebuah binder berwarna putih, terdapat Koran-korang bekas dan beberapa
helai baju serta satu sachet Autan di dalamnya. Persediaan untuk tidur di
emperan lapangan merdeka katanya.
Awak
dan amang pada tahun 2007 berhasil masuk ke sebuah universitas negri yang sama,
ditambah bonus, jurusan yang sama. Karena keberhasilannya tersebut amang minta
dibelikan motor sama bapaknya. Jadilah dia naik motor ke kampus.
“Kau
pulang naik angkot lagi, Pot?” tanya amang selesai kelas Etnografi.
“Ia
lah, mau naek sampan takut air aku”
“Udah
pulang bareng aku aja, tapi pegang pinggang aku ya”
“Monyet,
udah jelek, homo kau”
Akhirnya
berboncengan lah kami layaknya dua insan dimabuk asmara. Ternyata naik motor
baru Si Amang sangatlah nyaman. Tapi masalah yang tak dipikirkan sebelumnya
adalah Amang belum punya SIM. Awak yang gak tau mamalia ini belum mengantongi
surat ijin mengemudi, santai saja dibonceng. Sampai di persimpangan Bandara
Polonia, Amang mendadak ngebut. Awak kayak cewek mejemin mata ketakutan.
“Oi,,,pelan-pelan,
Mang” kata awak panic.
“Udah,
Tenang aja diboncengan, gak kau liat polisi didepan”
Awak
buka mata awak cepat-cepat, 20 meter kami uda ada seorang berompi hijau
berkumis melintang bernama pak pulisi. Gas terus dipacu oleh orang gila ini.
“AWAS,
Maaaaang”
Untungnya
pak polisi sadar dua orang yang akan ditilangnya adalah keledai yang menyamar
menjadi dua mahasiswa stress. Pak polisi menepi dengan pucet pasi. Kami tertawa
ala ryan jombang.
JJJ
Esoknya….
“Pot,
kita pulang sama lagi yok”
Awak
pura-pura epilepsi.
0 komentar: