Suatu sore di dalam sebuah angkot yang tengah melaju
meninggalkan jalan merbabu, awak dengan pacar (waktu itu baru beberapa hari
jadian) masih berbincang tentang film yang barusan kami tonton. Dia terus
berbicara tentang kesetiaan si wanita, sementara awak masih menyayangkan kenapa
tadi si pemeran pria tidak “mencubit pipi”[1] si
laki-laki yang tidak bertanggung jawab di film itu. Angkot mulai padat, karena
kebetulan jam orang kerja pulang.
“Gezer yang kiri, gezer yang kanan, 86” teriak si uwak supir melihat dari kaca spion. Beberapa penumpang naik lagi.
“Gezer yang kiri, gezer yang kanan, 86” teriak si uwak supir melihat dari kaca spion. Beberapa penumpang naik lagi.
“Hayo-hayo yang jauh mendekat, yang dekat merapat,
yang rapat tengkurap” teriaknya menambah sesak.
Awak dan dia sekarang sangat dekat. Ini bukan adegan
panas, walaupun saat itu di dalam Angkot memang panas.
Kami masih mengobrol. Setelah berbicara film, awak
dan dia mulai berbicara banyak hal, termasuk tentang….angkot.
“Kamu
sebelumnya pernah gak, punya pacar yang kemana-mana naik angkot?” pertanyaan
awak ini terkesan BTL [2]
dan cukup merubah mimik mukanya yang tadinya senyum biasa sekarang tersenyum mengeritkan dahi.
Untungnya dia tidak terpingkal-pingkal sambil berkacak pinggang.
“Ko’
pertanyaannya aneh?”
“Heheh..Awak
pengen tau aja” awak cengengesan salah tingkah.
“Baru
sama kamu, Vi” jawabnya singkat, tapi senyum masih belum terlepas dari
bibirnya.
“hahaha..maaf
ya awak belum bisa ngajak kamu kemana-mana naek sepeda motor”
Kali
ini dia tidak tersenyum lagi. Awak ngerasa bego’ kali waktu itu. Mungkin kalau
ini adegan sebuah film awak akan langsung nge-Cut film ini dan marah-marah sama
scriptwriter yang buat dialog murahan tadi.
Dia
masih menatap awak. awak gak tau mau natap siapa. Akhirnya awak memutuskan
untuk natap sepatu. Mungkin dia tau awak tadi salah ngomong. Kemudian dia
mengambil telefon genggam miliknya dan mengetik sesuatu. Selang beberapa detik
sebuah sms masuk ke hp awak. Dari dia. Isinya.
“Mentertawakan
apa yang tidak kita miliki merupakan sebuah kesalahan besar, sebaiknya
tertawakan saja apa yang telah kita miliki, karena mentertawakan apa yang kita
miliki merupakan wujud rasa syukur”
Awak
menatapnya perlahan. Dia sekarang tersenyum. Awak tersenyum kembali. Tiba-tiba
awak pengen angkot ini jalan menuju Alaska, biar perjalanan bersama orang yang akan menjadi pelengkap tulang rusuk yang hilang semakin
lama.
nice :)
BalasHapusTerima Kasih Mbak Yo.. :)
HapusMantap kali uwak uwak inilah bawa angkot hahaha. Kerenlah bang. XD
BalasHapusHihihi mkasih Dillah, udah tersesat di Blog awak :)
Hapuswkwkwk, trus aq terbayang2 ftv gitu
BalasHapus